Article Details

Main Article Content

Yoyon Haryanto
Oeng Anwarudin

Penyuluh pertanian swadaya hadir karena adanya tuntutan prinsip partisipasi dalam pembangunan pertanian.  Pendekatan ini menempatkan petani sebagai subjek dalam program pembangunan pertanian mulai dari tahap mengidentifikasi masalah, merencanakan, melaksanakan hingga tahap mengevaluasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pemenuhan informasi dan inovasi teknologi penyuluh pertanian swadaya dari cara akses serta mengukur dukungan lembaga terkait yang memiliki peranan dalam pemenuhan informasi dan inovasi tersebut. Penelitian dilaksanakan di Jawa Barat. Metode penelitian menggunakan pendekatan survei dengan mengumpulkan data primer secara langsung dari penyuluh swadaya. Sebanyak 244 orang penyuluh swadaya menjadi sampel penelitian dan tersebar di Kabupaten Karawang, Majalengka, Sukabumi, dan Bogor. Pengambilan data dilakukan melalui teknik wawancara menggunakan panduan kuesioner dan observasi di lapangan. Teknis analisis data menggunakan statistik deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya akses penyuluh swadaya cukup baik terutama dalam pemenuhan informasi teknologi dari media modern. Pihak perusahaan atau swasta memiliki dukungan yang baik dibandingkan lembaga lainnya yang ada dalam hal pemenuhan informasi teknologi terutama dalam hal informasi sarana prasarana pertanian. Implikasi penelitian ini adalah perlu dukungan lembaga terkait dalam pemenuhan informasi dan teknologi penyuluh pertanian swadaya. Lembaga tersebut adalah lembaga penyuluhan pertanian, pelatihan, pendidikan, penelitian dan perusahaan atau swasta. Pemenuhan informasi tersebut dapat melalui akses teknologi informasi maupun akses sumber informasi konvensional.

Keywords: Informasi Inovasi teknologi Penyuluh swadaya Penyuluhan

Anwarudin, O., & Haryanto, Y. (2016). Peran penyuluh pertanian swadaya dalam memotivasi generasi muda pelaku pertanian. Bogor.

Anwarudin, O., & Haryanto, Y. (2018). The role of farmer-to-farmer extension as a motivator for the agriculture young generation. International Journal of Social Science and Economic Research (IJSSER). 3(1): 428-437.

Anwarudin, O., Sumardjo, S., Satria, A., & Fatchiya, A. 2020. Kapasitas kewirausahaan petani muda dalam agribisnis di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. 16(2): 267-276.

Batte, M. T., Jones, E., & Schnitkey, G. D. (1990). Computer Use by Ohio Commercial Farmers. American Journal of Agricultural Economics, 72(4), 935–945.

David S. (2007). Learning to Think for Ourselves: Knowledge Improvement and Social Benefits among Farmer Field School Participants in Cameroon. Journal of International Agricultural and Extension Education, 14(2), 35–49.

Davis, K., Faure, G., Nahdy, M. S., & Chipeta, S. (2009). Institutional changes and challenges for agricultural advisory services in Africa. Theory and practice of advisory work in a time of turbulences. XIX European Seminar on Extension Education, 15-19 September 2009, Assisi, Italy.

Fatchiya A. (2010). Tingkat Kapasitas Pembudidaya Ikan dalam Mengelola Usaha Aquakultur secara Berkelanjutan. Penyuluhan, 6(1), 11–18.

Haryanto, Y. (2018). Penguatan Kapasitas dan Kemandirian Tokoh Petani Maju sebagai Penyuluh Swadaya. IPB.

Haryanto, Y., Sumardjo, S., Amanah, S., & Tjitropranoto, P. (2018a). Efektivitas Peran Penyuluh Swadaya dalam Pemberdayaan Petani di Jawa Barat. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 20(2), 142–154.

Haryanto, Y., Sumardjo, S., Amanah, S., & Tjitropranoto, P. (2018b). Farmer to Farmer Extension Through Strengthening Progressive Farmers Role. International Journal of Progressive Sciences and Technologies (IJPSAT), 6(2), 228–234.

Haryanto, Y., & Yuniarti, W. (2017). The Role of Farmer to Farmer Extension for Rice Farmer Independence in Bogor. International Journal of Research in Social Sciences, 7(4), 62–74.

Indraningsih, K. S., Sugihen, B. G., Tjitropranoto, P., Pertanian, P. P., & Mengingat, K. (2010). Performance of Extension Workers from Farmer ’ s Perspective and The Existence of Self-Support Extension Agents as Counterpart of Agricultural Extension Workers. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(1), 303–321.

Indraningsih, K. S., Sugihen, B., Tjitrpranoto, P., Asngari, P., & Wijayanto, H. (2016). Kinerja Penyuluh dari Perspektif Petani dan Eksistensi Penyuluh Swadaya Sebagai Pendamping Penyuluh Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, 8(4), 303–321.

Kerlinger F.N. (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral (Ketiga). Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Kiptot, E., & Franzel, S. (2014). Voluntarism as an investment in human, social and financial capital: Evidence from a farmer-to-farmer extension program in Kenya. Agriculture and Human Values.

Leeuwis C. & van den Ban. (2004). Communication for Rural Innovation. Rethinking Agricultural Extension 3rd ed. Oxford (UK): Blackwell Publishing.

Lippitt. (1958). Planned Change: A Comparative Study of Principles and Techniques. New York (US): Harcourt, Brace & World, Inc.

Lukuyu, B., Place, F., Franzel, S., & Kiptot, E. (2012). Disseminating Improved Practices: Are Volunteer Farmer Trainers Effective? Journal of Agricultural Education and Extension.

Marsh, S., & Pannell, D. (1998). The changing relationship between private and public sector agricultural extension in Australia. Rural Society, 8(2), 133–151.

Oktavia, Y., Muljono, P., Amanah, S., & Hubeis, M. (2017). Jurnal Penyuluhan, September 2017 Vol. 13 No. 2 Hubungan Perilaku Komunikasi dan Pengembangan Kapasitas Pelaku Agribisnis Perikanan Air Tawar di Padang, Sumatera Barat. Jurnal Penyuluhan, 13(2), 157–165.

Rogers, E. . (2003). Diffusion of Innovations. Fifth Edition. New York (US): The Free Press.

Ruhimat S. (2014). Faktor-Faktor Untuk Peningkatan Kemandirian Petani Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat: Studi Kasus Di Desa Ranggang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 11(3), 237–249.

Samuel ZB, K. A. and G. J. (2012). Promoting community-based extension agents as an alternative approach to formal agricultural extension service delivery in Northern Ghana. Asian Journal of Agriculture and Rural Development, 2(1), 76–95.

Subejo. (2009). Revolusi Hijau dan Penyuluhan Pertanian. Tokyo: Indonesian Agricultural Sciences Association. Diambil dari www.iasa-pusat.org/artikel/revolusihijau-dan-penyuluhan-pertanian.html

Sumardjo. (1999). Transformasi model penyuluhan pertanian menuju pengembangan kemandirian petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat) [disertasi]. 1–372.

Syahyuti, N. (2016). Peran Strategis Penyuluh Swadaya dalam Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Indonesia. Forum penelitian Agro Ekonomi, 32(1), 43.

Tjitropranoto, P. (2003). Penyuluh Pertanian: Masa Kini dan Masa Depan. In Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor (ID): IPB.

Valera JB, VIcente A, Marinez, P. R. (1987). an Extension Delivery System. Manila: Island Publishing House Inc.

Warren, C. R., Burton, R., Buchanan, O., & Birnie, R. V. (2016). Limited adoption of short rotation coppice: The role of farmers’ socio-cultural identity in influencing practice. Journal of Rural Studies, 45, 175–183.

Received: 14 Oct 2021; Accepted: 24 Dec 2021; Available Online: 31 Dec 2021;