Article Details
Hasil Tanaman pada Beberapa Model Tumpang Sari Kentang (Solanum tuberosum L) dan Kacang Faba (Vicia faba L) di Salaran Getsan Jawa Tengah (1500-1700 mdpl)
Main Article Content
Meningkatnya pengetahuan petani tentang dampak buruk yang berkepanjangan penggunaan pupuk kimia sintetis menjadikan praktik tumpangsari dengan tanaman legum semakin digemari. Penelitian terdahulu menyebutkan tumpangsari dengan tanaman legum dapat menjadi pupuk nitrogen organik. Pada petani kentang, tanaman legum yang syarat hidupnya sama dengan syarat hidup tanaman kentang adalah kacang faba. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil tanaman pada beberapa model tumpangsari kentang dan kacang faba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai bulan Mei 2020, di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salaran, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang (ketinggian 1500-1700 mdpl). Perlakuan dalam penelitian ini yaitu kentang dan kacang faba ditanam pada bedengan bermulsa dengan rasio 2:1 (P1), kacang faba ditanam pada setiap sela dua bedengan kentang bermulsa (P2), kacang faba ditanam pada setiap sela bedengan kentang bermulsa (P3), tanaman kentang dengan sistem monokultur yang ditanam pada bedengan bermulsa (P4) dan tanaman kacang faba yang ditanam pada satu bedengan persegi empat tanpa mulsa (P5). Hasil penelitian menunjukkan hasil tanaman kentang tertinggi pada P tetapi hasilnya tidak memenuhi standar varietas granola, serta tanaman kacang faba tidak memberikan hasil. Hasil tanaman kentang demikian karena pada saat pembentukan umbi terjadi serangan penyakit yang menyerang daun sehingga alat fotosintesis terganggu. Hasil kacang faba demikian karena pengaruh suhu lingkungan yang tidak mendukung pembentukan polong.
Anil, L. J. Park, R.H. Phipps & A .Miller. (1998). Temperate intercropping of cereals for forage: A review of the potential for growth and utilization with particular reference to the UK. Grass and Forage Science. 53(4), pp. 301–317. doi: 10.1046/j.1365-2494.1998.00144.x.
Boudreau, M. A. (2013). Diseases in intercropping systems. Annual Review of Phytopathology. 51(February), pp. 499–519. doi: 10.1146/annurev-phyto-082712-102246.
Diwa, T. A., Dianawati, M. & Sinaga, A. (2015). Petunjuk Teknis Budidaya Kentang.
Etemadi, F., M. Hashemi. A. V. Barker. O. R. Zandvakili & Xiaobing. (2019) Agronomy, Nutritional Value, and Medicinal Application of Faba Bean (Vicia faba L.). Horticultural Plant Journal, 5, pp. 170–82.
HARTATI, S. Y., E. Hadipoentyanti. Amalia & Nursalam. (2016). Skrining Ketahanan Somaklon Nilam Terhadapp Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum). Jurnal Penelitian Tanaman Industri, p. 131. doi: 10.21082/littri.v21n3.2015.131-138.
Indonesia, K. pertanian. (2019). Produktivitas Kentang Menurut Provinsi, Tahun 2015-2019. Available at: https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61.
Karjadi, A. (2016). Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum, L.). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Kolasa, K. (1993). The Potato and Human Nutrition. Am. Potato J, 70(5), pp. 375–383.
Samadi, B. (2007). Kentang dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: kanisius.
Senoaji, W. & Praptana, R. H. (2013). Interaction between Nitrogen and Tungro Disease Incidence and Its Integrated Control in Rice. Iptek Tanaman Pangan, 8(2), pp. 80–89.
Syafa’at, N., Hadi, P. U. & Purwoto, A. (2006). Proyeksi Permintaan dan Penawaran Komoditas Hortikuktura Utama Pertanian, 2005-2020. Sadra, Dewa ketut Frans B.D Situmorang Jefferson, 15(46), pp. 21–40.
Yulimasni. (2003). Serangan Penyakit Busuk Daun (Phytophtora Infestans Mont De Barry) Pada 14 Klon/Varietas Unggul Kentang Di Alahan Panjang Sumatera Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, pp. 181–185. Available at: http://sumbar.litbang.pertanian.go.id/images/pdf/hptkentang.pdf.
Received: 20 Nov 2020; Accepted: 06 Dec 2020; Available Online: 23 Dec 2020;