Analisis Efisiensi Rantai Pasok Tepung Talas Beneng di Banten


Abstract viewed : 380 times,     PDF downloaded : 398 times

  • Dewi Haryani Badan Standarisasi Instrumen Pertanian
  • Ivan Mambaul Munir Badan Riset dan Inovasi Nasional
  • Eka Rastyanto Amrulloh Badan Standarisasi Instrumen Pertanian
  • Kardiyono Kardiyono Badan Standarisasi Instrumen Pertanian
Keywords: Banten, Efisiensi, Marjin pemasaran, Rantai pasok, Talas benang

Abstract

Talas beneng dikenal sebagai talas dari pandeglang, Banten. Talas beneng memiliki umbi yang besar dibandingkan dengan talas lain di Indonesia sehingga disebut talas beneng yang berasal dari Beneuh (besar) dan Koneng (kuning). Petani memanfaatkan umbi talas beneng sebagai tepung. Tepung talas beneng sudah dipasarkan hingga ke luar Banten dan telah memiliki pelaku yang menjalankan saluran rantai pasok talas beneng. Seluruh pelaku yang terlibat dalam rantai pasok memiliki keuntungan jika berjalan dengan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum mekanisme dan efisiensi rantai pasok tepung talas beneng di Banten. Metode deskriptif digunakan untuk menerangkan aspek sasaran, aspek struktur, aspek manajemen, aspek sumberdaya dan aspek proses bisnis dalam rantai pasok tepung talas beneng di Banten dengan pendekatan Food Supply Chain Networking. Selanjutnya digunakan metode analisis efisiensi untuk menentukan nilai efisiensi suatu saluran rantai pasok dengan pendekatan marjin pemasaran dan farmer’s share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola saluran yang paling tidak efisien adalah saluran 1 dengan marjin pemasaran sebesar Rp. 16.000/kg, dan memiliki nilai farmer’s share sebesar 43.7% dengan struktur rantai pasok; Petani - pengepul - pengolah - konsumen. Saluran yang paling efisien adalah pola saluran 3 dengan marjin pemasaran sebesar Rp. 22.000 per kg tepung, nilai farmer’s share sebesar 62.5% dan struktur rantai ; Petani - pengepul - pengolah - pengepul - konsumen. Namun, penelitian ini mengungkap bahwa nilai marjin pemasaran yang tinggi tidak serta merta memberikan farmer’s share yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya standar kualitas tepung talas yang dibeli oleh konsumen.

References

Adwiyah, R. (2017). Aplikasi Manajemen Rantai Pasokan (MRP) pada produk hortikultura (brokoli organik) ke ritel modern. Jurnal Manajemen dan Bisnis: Performa. 14(2): 127-137.

Asmarantaka, R. W. (2009). Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Bogor (ID): IPB Press.

Asmarantaka, R. W. (2012). Pemasaran Agribisnis (Agrimarketing). Bogor (ID): IPB Press.

Kotler, P. (1992). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Pengendalian Ed 5. Jakarta (ID): Erlangga

Herawati. (2015). Kinerja pemasaran biji kakao di kabupaten pasaman, sumatera barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Limbong, W. H., & Sitorus, P. (1987). Pengantar Pemasaran Pertanian Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Pertanian. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Soekartawi. (1993). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada

Vorst, V. D. (2006). Performance Measurement in Agri-Food Supply Chain Networks. Wagengen University (Netherlands): Logistics and Operations Research Group.

Published
2023-09-27