Kinerja Reproduksi Induk Sapi Sumba Ongole di Kelurahan Lambanapu Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur
Abstract viewed : 313 times, PDF downloaded : 629 times
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja reproduksi induk sapi sumba ongole di kecamatan kambera, kabupaten sumba timur karena hal ini sangat menentukan peningkatan populasi ternak sapi sumba ongole dan ketersedian daging. Penelitian dilakukan dengan metode survei pada peternak sapi ongole, induk sapi ongole 41 ekor di kelurahan lambanapu kecamatan kambera, kabupaten sumba timur mulai dari bulan maret-april 2022. Parameter penelitian adalah umur ternak, calving interval, post partum estrus (PPE), post partum matting (PPM). Hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Kinerja reproduksi sapi sumba ongole berturut-turut umur 53.56 bulan, calving interval 13.963 bulan, ppe 36.88 bulan, ppm 42.15 bulan, kesimpulan kinerja reproduksi induk sapi sumba ongole di kelurahan lambanapu kecamatan kambera, kabupaten sumba timur menunjukkan bahwa umur ternak sapi sumba ongole kurang baik dan post partum estrus (ppe), post partum matting (ppm) kurang ideal sehingga calving intervalnya panjang.
References
Abidin, Z., Ondho, Y. S., & Sutiyono, B. (2012). Penampilan berahi sapi jawa berdasarkan poel 1, poel 2, dan poel 3. Animal Agriculture Journal, 1(2), 86-92.
Anonimus (1985) manual kesmavet. Seri evaluasi hasil pengendalian pemotongan hewan besar betina produktif tahun 1984. No.35-1/1985.ISSN:0216-4868.
Astuti, M. (2004). Potensi Dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Peranakan Ongole (PO). Wartazoa, 14(3), 98-106.
Anggraeni, A. (2006). Productivity of Holstein-Friesian dairy cattle maintained under two systems in Central Java, Indonesia (Doctoral dissertation, University of Newcastle upon Tyne).
Bearden, H. J., & Fuquay, J. W. (1984). Applied Animal Reproduction. Prentice-Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
Direktorat jenderal peternakan indonesia (1992). Petunjuk teknis pelaksana panca usaha ternak potong, dirjen peternakan. Jakarta.
Desinawati, N., & Isnaini, N. (2010). Penampilan reproduksi sapi peranakan simmental di kabupaten tulungagung jawa timur. TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production, 11(2), 41-47.
Gumilar A.S.,T. Susilawati dan S. Wahjuningsih (2013). Tampilan reproduksi sapi perah pada berbagai paritas di wilayah KUD baru.
Hadi, P. U., & Ilham, N. (2002). Problem dan prospek pengembangan usaha pembibitan sapi potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 21(4), 148-157.
Hardjopranjoto, S. (1995). Ilmu kemajiran ternak . Airlangga university press. Surabaya.
Hardjosubroto. W. (1994). Aplikasi pemuliabiakan ternak dilapangan. Gramedia Widiasarana. Jakarta.
Hoffman, P. C. (1997). Optimum body size of Holstein replacement heifers. Journal of Animal Science, 75(3), 836-845.
Hunter, R. H. F. (1995). Fisiologi dan teknologi reproduksi hewan betina domestik.. Penerbit ITB, Bandung
Iskandar (2011). Performan reproduksi sapi PO pada dataran rendah.
Ismaya (2014). Bioteknologi Inseminasi Buatan Pada Sapi dan Kerbau. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Iskadar dan Farizal (2011). Paritas Reproduksi Sapi Persilanagan yang dipelihara didataran Rendah dan Dataran Tinggi Jambi. Jurnal Penelitian universitas jambi seri sains. 13(1):25-28.
Ihsan, M. N., & Wahjuningsih, S. (2011). Penampilan reproduksi sapi potong di Kabupaten Bojonegoro. Ternak Tropika Journal of Tropical Animal Production, 12(2), 77-74.
Labatar, S. C. (2017). Tingkat Pengetahuan Peternak dalam Pendugaan Berat Badan Ternak Sapi Potong Untuk Menentukan Nilai Jual, di Kampung Mantedi Distrik Masni Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Jurnal Triton, 8(1), 67-76.
Labatar, S. C. (2017). Sistem Pemeliharaan, Struktur Populasi Sapi Bali di Peternakan Rakyat Kabupaten Manokwari. Provinsi Papua Barat. Jurnal Triton, 8(1), 93-107.
Leksanawati,. (2010). Penampilan Reproduksi Induk Sapi Perah Peranakan Friesien Holstein Di Kelompok Ternak KUD Mojosongo Boyolali. Skripsi program studi peternakan universitas sebelas maret. Surakarta.
Nuryadi, N., & Wahjuningsih, S. (2012). Penampilan reproduksi sapi peranakan ongole dan peranakan limousin di Kabupaten Malang. Ternak Tropika Journal of Tropical Animal Production, 12(1), 76-81.
Peter,A.R. and P.J.H. Ball. (1995). Reproduction in cattle. 2nd edn. Black well science Ltd,, Australia.
Baliarti, E. (2009). Pengaruh Buka-Tutup Kandang terhadap Kenyamanan dan Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole (The Effects of Opening and Closing of House on the Ongole Crossbred Cattle’s Comfort and Performances). Buletin Peternakan, 33(2), 106-110.
Santosa, G. (2008). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Sodiq, A., & Hidayat, N. (2014). Kinerja dan perbaikan sistim produksi peternakan sapi potong berbasis kelompok di pedesaan. Jurnal Agripet, 14(1), 56-64.
Salisbury, G. W. And N. L. Vandemark (1985). Fisiologi reproduksi dan IB pada sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sukendar , E. (1995). Reproduksi Dan Natural Increase Sapi Potong di Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Universitas Wangsa Manggala.
Toliehere, M. R. (1985). Ilmu kebidanan pada ternak sapi dan kerbau. Universitas indonesia press. Jakarta.
Utomo, s. (2003). Ilmu reproduksi. Modul kuliah. Fakultas pertanian universitas wangsa manggala. Yogyakarta.
Winugroho, M. (2002). Strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi reproduksi induk sapi. Jurnal litbang pertanian, 21(1), 19-23.
Waluyo, S.T. (2014). Reproduksi Aplikatif Pada Sapi. Sewu, Bandung.
Winarti dan Supriyadi (2010). Penampilan reproduksi ternak sapi potong betina di daerah istimewah Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner (pp. 64-67).
Yekti, A. P. A., Susilawati, T., Ihsan, M. N., & Wahyuningsih, S. (2017). Fisiologi Reproduksi Ternak: Dasar Manajemen Reproduksi. Universitas Brawijaya Press.
Yunilas, M. P. (2009). Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Karya Ilmiah.