Uji Konsentrasi Metabolit Sekunder Trichoderma sp. terhadap Alternaria porri Penyebab Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Merah
Abstract
Penyakit bercak ungu yang disebabkan oleh Alternaria porri merupakan salah satu kendala utama dalam budidaya bawang merah (Allium ascalonicum L.) karena dapat menurunkan hasil panen hingga lebih dari 50%. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan berpotensi menimbulkan resistensi patogen dan pencemaran lingkungan, sehingga diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan metabolit sekunder Trichoderma sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi metabolit sekunder Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan A. porri secara in vitro dan menentukan konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan patogen. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu menggunakan metode kultur gelas objek (slide culture method) pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Perlakuan terdiri atas empat taraf konsentrasi metabolit sekunder, yaitu 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 200 ppm, dan 300 ppm, dengan dua ulangan. Parameter yang diamati adalah daya hambat pertumbuhan koloni A. porri, terhadap ekstrak metabolit sekunder Trichoderma sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh perlakuan metabolit sekunder mampu menghambat pertumbuhan A. porri dibanding kontrol, dan tingkat penghambatan meningkat seiring peningkatan konsentrasi. Perlakuan 300 ppm memberikan persentase hambatan tertinggi serta pertumbuhan koloni terendah, menunjukkan efektivitas optimal dalam menekan patogen. Dengan demikian, metabolit sekunder Trichoderma sp. pada konsentrasi 300 ppm berpotensi dikembangkan sebagai agen pengendali hayati ramah lingkungan untuk penyakit bercak ungu pada bawang merah.
References
Antari, N. M., Darmayasa, I. B. G., & Hardini, J. (2020). Efektivitas Trichoderma asperellum TKD dengan mediator pupuk kandang untuk mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). Simbiosis, 8(2), 63–71.
Dewi, I. P., Maryono, T., Aeny, T. N., & Ratih, S. (2015). Kemampuan Trichoderma sp. dan filtratnya dalam menekan pertumbuhan Sclerotium rolfsii secara in vitro. Jurnal Agrotek Tropika, 3(1), 130–133.
Harman, G. E., Howell, C. R., Viterbo, A., Chet, I., & Lorito, M. (2004). Trichoderma species—Opportunistic, avirulent plant symbionts. Nature Reviews Microbiology, 2(1), 43–56.
Risdiyanti, R. L. (2023). Antagonisme Streptomyces spp. terhadap Alternaria porri penyebab penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) (Skripsi). Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Ruswandi, V. R., Syauqi, A., & Rahayu, T. (2020). Uji antagonis jamur Trichoderma viride dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen Alternaria porri penyebab penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). Jurnal Ilmiah Biosaintropis, 5(2), 84–90.
Semangun, H. (2004). Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Susandi, Y. N. K., Sualang, D. S., & Paruntu, M. H. B. (2018). Antagonisme Trichoderma sp. terhadap Alternaria porri patogen penyakit bercak ungu tanaman bawang merah pada beberapa media. Cocos, 9(14), 1–11.
Triasih, U., Wuryantini, S., & Agustini, D. (2022). Karakterisasi cendawan rizosfer kebun jeruk organik dan potensinya dalam menghambat pertumbuhan Botryodiplodia theobromae dan Colletotrichum gloeosporioides. Jurnal Fitopatologi Indonesia, 18(5), 205–212.
Vinale, F., Sivasithamparam, K., Ghisalberti, E. L., Woo, S. L., & Lorito, M. (2008). Trichoderma–plant–pathogen interactions. Soil Biology and Biochemistry, 40(1), 1–10.
Wardana, S. (2023). Uji konsentrasi metabolit sekunder Trichoderma sp. terhadap penyakit busuk pangkal batang (BPB) Ganoderma boninense pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Main Nursery (Skripsi). Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Wibowo, S. (2009). Budidaya bawang putih, bawang merah, dan bawang bombay. Jakarta: Penebar Swadaya.








