Journal of Sustainable Agriculture Extension
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE
<p style="text-align: justify;" align="justify">Journal of Sustainable Agriculture Extension (JoSAE) is a scientific open access journal published by Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari, aims to publish original research results and reviews such as agriculture, animal husbandry and plantation. Journal of Sustainable Agriculture Extension (JoSAE) encompasses a broad range of research topics in extension and socio-economic. Journal of Sustainable Agriculture Extension (JoSAE) is published every six months (March and September). The entire process from submission to publication is done FREE of charge. All articles can be viewed on an OPEN ACCESS basis.</p>Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwarien-USJournal of Sustainable Agriculture Extension2987-5234Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Kambing Kacang di Kampung Aimasi Distrik Aimasi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/941
<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar belakang: </strong>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang perawatan kambing kacang yang benar dan untuk mengetahui apakah peternak telah menerapkan praktik manajemen yang efektif dalam beternak kambing.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode: </strong>Penelitian dilakukan selama tiga bulan di Kampung Aimasi, Distrik Aimasi, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat, pada bulan Maret hingga Mei 2024. Metode pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan sumber data primer dan sekunder. Ada dua puluh ekor kambing kacang di kampung aimasi tersebut. Sampel berjumlah enam belas orang peternak kambing kacang diperoleh dengan menerapkan rumus Slovin dengan margin of error 10%. Jenis analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil instrumen wawancara yang diungkapkan secara lisan. Faktor penelitian meliputi limbah, peternakan, pakan, bibit, dan kesehatan dalam kaitannya dengan manajemen pemeliharaan kambing kacang.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil: </strong>Temuan studi ini menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan intensif yang digunakan dalam konteks ini selalu terkendali dan tidak terekspos. Penting untuk mempertimbangkan faktor internal dan eksternal ketika memilih benih untuk ditanam. 10% dari berat badan hewan harus diberi makan dengan benar. Peternak dapat lebih mudah merawat dan membersihkan kandang dengan kandang panggung yang kokoh. Kambing yang menderita kembung sering kali menunjukkan gejala rasa lapar yang menurun, hewan yang gelisah, dan perut bagian kiri yang menggembung. Agar mendapatkan hasil yang lebih bermanfaat ketika dimanfaatkan, limbah ternak perlu diolah terlebih dahulu.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan: </strong>Mulai dari bibit, pakan, tempat berlindung, kesehatan hingga limbah, dipastikan bahwa peternak telah menerapkan manajemen pemeliharaan kambing yang tepat. Faktor-faktor seperti jumlah pendidikan, jumlah hewan yang dimiliki, dan lamanya beternak juga dapat berdampak pada pengelolaan peternakan kambing.</p>Sherly NuryuhanaNani ZurahmahGallusia Marhaeny Nur Isty
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722475510.47687/josae.v2i2.941Analisis Ekonomi Peternakan Kambing di Kampung Aimasi Distrik Aimasi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/942
<p><strong>Latar belakang: </strong>Di Kampung Aimasi, distrik Aimasi, Kabupaten Manokwari, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi keuntungan usaha serta faktor-faktor yang mempengaruhi produksi peternakan kambing.</p> <p><strong>Metode: </strong>Penelitian dilakukan di Desa Aimasi, Kecamatan Aimasi, selama tiga bulan, yaitu pada bulan Maret hingga Mei 2024. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Sumber data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Terdapat tiga puluh peternak kambing dalam populasi tersebut. Diperlukan sampel sebanyak dua puluh tiga, dan sampel ini ditemukan menggunakan rumus Slovin dengan margin kesalahan 10%. Analisis kuantitatif dengan metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang diungkapkan secara lisan dengan menggunakan analisis keuntungan yang ditinjau dari biaya tetap, biaya variabel, pendapatan, Revenue Cost Ratio (R/C), Break Event Point (BEP), dan Biaya Produksi merupakan teknik analisis data yang digunakan. dalam penelitian ini.</p> <p><strong>Hasil: </strong>Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai R/C sebesar 3,8 dan 3,0 tergantung pada jumlah ternak yang dimiliki; nilai BEP Rupiah >10 ekor Rp54.865.789 dan <10 ekor Rp59.910.919; nilai HPP >10 ekor Rp. 384.466.825 dan <10 ekor Rp 932.442.529.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Berdasarkan perhitungan analisis keuangan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan Desa Aimasi layak untuk dikembangkan karena nilai yang dihasilkan melebihi biaya produksi. Temuan ini menunjukkan bagaimana sifat-sifat peternak mempunyai dampak yang signifikan terhadap bisnis yang dijalankan. Secara khusus, hal ini menunjukkan bagaimana proses produksi berkorelasi kuat dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani.</p>Selvia Indra SariNani ZurahmahGallusia Marhaeny Nur Isty
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722566410.47687/josae.v2i2.942Penyuluhan Pemanfaatan Pestisida Nabati Daun Sirih (Piper betle L.) untuk Menangani Kutu Daun (Aphis sp.) pada Cabai Merah
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/974
<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar belakang: </strong>Pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai pestisida dalam upaya penanganan hama kutu daun pada cabai merah menjadi salah satu alternatif yang perlu untuk dikembangkan. Daun sirih merupakan tanaman yang potensial untuk dijadikan pestisida nabati karna memiliki kandungan kimia dengan sifat antimikroba dan insektisida alami seperti minyak atsiri dan beberapa kandungan lainnya. Namun pemanfaatan daun sirih sebagai pestisida nabati oleh petani di Desa Kayu kebek masih minim dikarenakan petani belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan pestisida nabati daun sirih. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penyuluhan dan menganalisis perubahan perilaku petani di Desa Kayukebek terhadap pemanfaatan daun sirih sebagai pestisida nabati dalam menangani hama kutu daun pada tanaman cabai merah.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode: </strong>Metode penelitian ini menggunakan <em>mix method </em>(metode kualitatif dan Kuantitatif) yang dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan bulan Mei 2024. Penyuluhan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan secara individu yakni anjangsana serta pendekatan kelompok yakni pertemuan kelompok, kaji terap dan kunjungan lapang.Sampel penelitian ini sebanyak 20 petani yang tergabung dalam kelompok tani Taman Madani. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif untuk mengukur dan mengetahui perubahan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan petani.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil: </strong>Hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan petani sebesar 44% yang diketahui dari nilai pre test 47% meningkat menjadi 91% pada nilai post test. Sedangkan perubahan tingkat sikap sebesar 87% pada kategori bertanggung jawab dan tingkat keterampilan sebesar 93% pada kategori <em>problem solving</em>.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan: </strong>Dengan adanya penyuluhan yang dilakukan terbukti efektif terhadap perubahan perilaku petani dalam pemanfaatan daun sirih sebagai pestisida nabati untuk menangani hama kutu daun pada tanaman cabai merah.</p>JumadinGunawanLisa Navitasari
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722657310.47687/josae.v2i2.974Respon dan Faktor Pengaruh Adopsi POC Pada Petani di Kampung Desay Distrik Prafi, Manokwari
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/1034
<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar belakang: </strong>Beberapa dekade terakhir, pertanian Indonesia menghadapi tantangan penurunan kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah dan berbagai pihak terkait terus mendorong penggunaan pupuk organik sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya Pupuk Organik Cair (POC) dikenal dapat memperbaiki kualitas tanah secara alami, meningkatkan produktivitas tanaman, dan memberikan manfaat ekonomi bagi petani.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode: </strong>Penelitian ini dilakukan di Kampung Desay, Distrik Prafi, Kabupaten Manokwari. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penentuan responden dilakukan dengan teknik purposive sampling, dengan kriteria petani alumni SL Pertanian Organik berjumlah 20 orang responden. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan memanfaatkan tabel frekuensi untuk mengevaluasi tujuan penelitian terkait respon petani terhadap adopsi pupuk organik cair (POC). Data jawaban responden diorganisasikan dalam bentuk tabel frekuensi dengan menerapkan skala Likert untuk mengukur tingkat respon petani.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil: </strong>Respon petani terhadap penggunaan POC di Kampung Desay umumnya positif. Mayoritas petani menyadari manfaat POC dalam meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi POC antara lain pengetahuan dan pemahaman petani, ketersediaan bahan baku, dampak positif terhadap produktivitas, dukungan kelompok tani, dan persepsi risiko. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian kecil petani yang ragu dan belum sepenuhnya mengadopsi penggunaan POC.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan: </strong>Adopsi POC di Kampung Desay menunjukkan tren positif, namun masih perlu upaya berkelanjutan untuk meningkatkan adopsi secara menyeluruh, terutama melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan yang intensif.</p>Triman TapiMathius TapiCarko
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722748210.47687/josae.v2i2.1034Respon Petani Sayur di Pettuadae terhadap Penyuluhan Pemanfaatan Feses Sapi menjadi Pupuk Kompos
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/1039
<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar belakang: </strong>Mata pencaharian masyarakat Pettuadae sebagian besar adalah petani sayur. Mereka sangat tergantung dengan penggunaan pupuk kimia untuk produksi tanaman. Di sisi lain, para petani juga memlihara ternak sapi yang dapat menghasilkan kotoran dan limbah peternakan yang memiliki potensi sebagai pupuk organik. Petani belum memanfaatkan potensi tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi dan pelatihan cara pembuatan pupuk dari limbah peternakan khususnya feses sapi.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode: </strong>Pelaksanaan penyuluhan diikuti oleh 30 responden. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi cara. Metode ini bertujuan untuk merangsang responden penyuluhan agar bisa aktif bertanya selama kegiatan berlangsung, dengan menggunakan alat bantu media yaitu folder dan tayangan dari power point. Hasil evaluasi penyuluhan dianalisis menggunakan aplikasi <em>MS Excel</em> dan <em>SPSS</em> versi 15.0.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil: </strong>Respon petani terhadap penyuluhan pada penelitian ini dilihat dari peningkatan pengetahuan. Pengukuran peningkatan pengetahuan dengan membandingkan nilai tes awal dan tes akhir, evaluasi penyuluhan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat sebesar 29,3. Berdasarkan uji t berpasangan (<em>paired t test</em>) penyuluhan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat, maka dari itu efektivitas penyuluhan pada aspek pengetahuan sebesar 81,48%.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan: </strong>Penyuluhan pemanfaatan feses sapi menjadi pupuk kompos di Kelurahan Pettuadae memiliki efektivitas penyuluhan pada kategori efektif dengan ditunjukkan adanya peningkatan pengetahuan berdasarkan hasil pre-test dan post-test. Penyuluhan mendapatkan respon positif dari petani yang ditunjukkan dengan adanya adopsi pengolahan feses sapi menjadi pupuk kompos dan aplikasinya di tanaman pertanian.</p>Okti WidayatiWian SariraBangkit Lutfiaji Syaefullah
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722839010.47687/josae.v2i2.1039Nilai Ekonomis Pakan Kelinci dari Limbah Pertanian Berbasis Hay Multinutrient Waffle
https://jurnal.polbangtanmanokwari.ac.id/index.php/JoSAE/article/view/1066
<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar belakang: L</strong>imbah pertanian memiliki potensi yang baik untuk dijadikan pakan ternak kelinci. Karena beberapa limbah pertanian masih memiliki kandungan nutrisi yang cukup bagus, sehingga bagus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak kelinci.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Metode: </strong>Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dan menggunakan 4 parameter penelitian, yaitu, BEP Produksi, BEP harga, R/C, dan Rentabilitas rasio.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Hasil: </strong>Hasil dari BEP produksi P1, P2, P3, berturut-turut 5,64, 5,66, 5,67. BEP produksi yang paling menguntungkan terdapat pada P1 dengan berat 5,64 kg. Hasil dari BEP harga P1, P2, P3, berturut turut Rp. 4.702, Rp. 4.713, Rp. 4.726. BEP harga yang paling menguntungkan terdapat pada P1 dengan harga Rp. 4.702. Hasil dari R/C rasio P1, P2, P3, berturut-turut 3,77, 3,74, 3,71. Nilai R/C rasio paling layak diusahakan terdapat pada P1 yaitu 3,77. Hasil Rentabilitas P1, P2, P3 berturut-turut 2,77, 2,74, 2,71. Nilai Rentabilitas paling layak diusahakan terdapat pada P1 yaitu 2,77. Dari 3 percobaan analisis ekonomi hay multinutrient waffle, menunjukan semua percobaan menguntungkan dan layak diusahakan, namun dari 3 komposisi percobaan, ada percobaan yang paling ekonomis yaitu terdapat di P1 karena BEP produksi menunjukan produksi paling rendah yaitu 5,64 kg, kemudian untuk BEP harga mempunyai nominal harga lebih rendah dari percobaan lainnya yaitu Rp.4.702/kg, sehingga lebih cepat untuk mencapai titik impas, kemudian mempunyai nilai R/C rasio 3,77 maka usaha tersebut layak di usahakan, dan Rentabilitas memiliki nilai 2,77 sehingga layak untuk diusahakan.</p> <p style="font-weight: 400;"><strong>Kesimpulan: P</strong>enggunaan limbah pertanian kacang tanah bisa dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan baku pembuatan pakan hay.</p>Bangkit Lutfiaji SyaefullahMuhammad Fachry HidayatSusan Carolina LabatarOkti WidayatiGallusia Marhaeny Nur Isty
Copyright (c) 2024 Journal of Sustainable Agriculture Extension
2024-09-272024-09-2722919810.47687/josae.v2i2.1066